Pengutan karakter mahasiswa di era 5.0 merupakan elmen yang sangat penting dalam menunjang setiap kegiatan akademik mahasiswa. Oleh karena itu STAI NW Samawa menginisiasi Seminar Nasional pada tanggal 7 oktober 2022 dengan tema Penguatan Karakter Mahasiswa Melalui Akademik dan Oganisasi Era 5.0 yang berlangsung di Auditorium STAI NW Samawa. Dalam acara tersebut, STAI NW Samawa mendatangkan narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya yakni, Prof. Dr. TGH Fahrurrozi Dahlan, QH, MA selaku Sekretarus Jendral PBNW dan Direktur Pascasarjana UIN Mataram.
Sebelum Seminar Nasional dimulai Ketua STAI NW Samawa, Mainuddin, M. Pd.I. memberikan sambutan bahwa tujuan diadakannya Seminar Nasional adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk membuka mata terhadap organisasi internal dan eksternal kampus, karena dengan oganisasi karakter mahasiswa akan kuat dan tumbuh. Mainuddin, M. Pd. I. mengarahkan mahasiswa untuk lebih aktif berorganisasi, namun di satu lain tidak boleh melupakan dunia akademik, sehingga akademik dan organisasi harus seimbang. Seminar Nasional tersebut dipandu langsung oleh Kepala P3M STAI NW Samawa, Ulva Hiliayatur Rosida, M. H.
Prof. Dr. TGH Fahrurrozi Dahlan, QH, MA, mengatakan bahwa karakter seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Jika dalam konsepsi lingkungan baik maka akan baik pula, tetapi jika dalam konsepsi lingkungan yang buruk maka akan buruk. Namun di satu sisi, manusia memiliki naluri atau emosi yang melekat pada dirinya sehingga mampu mengubah karakternya, naluri atau emosi tersebut dapat diolah melalui organisasi dan akademik. Prof, juga memberikan arahan kepada seluruh peserta Seminar Nasional untuk melek dan beradaptasi dengan dunia digital, jika tidak ingin ketinggalan zaman, karena era 4.0 semua pekerjaan kita didorong oleh dunia digital tetapi era 5.0 kita akan memaksa dunia digital melakukan pekerjaan kita.
Prof. Dr. TGH Fahrurozi Dahlan, QH, MA, mengatakan era 4.0 dan era 5.0 merupakan dimensi-dimensi kemulian, karena kita dapat berintreaksi dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja di dunia maya. Hal tersebut merupakan catatan penting untuk menjadi manusia yang berkarakter, dengan naluri yang selalu berkembang dan tidak berhenti untuk menerimah perubahan. Sedangkan fitrah manusia itu harus bisa berintreaksi dengan segalah situasi, kondisi, toleransi, jangkuan dan pandangan. Naluri adaptif kita harus efektif dan harus kita kembangakan agar kita mengarah pada manusia yang memiliki peradaban dan manusia yang menghadirkan perradaban manusia. Oleh karena itu, kita harus memiliki visi dan misi masa depan, menjadi manusia yang selalu memiliki perpradaban.
Prof, Dr. TGH Fahrurozi Dahlan, QH, MA, juga membuat analogi naluri kehidupan manusia sama dengan halnya naluri air seperti yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an yang artinnya “Sesusungguhnya perumpaan hidup di dunia seperti laksan air.” Ternyata hidup itu seperti air, air itu mengalir dan bersih, karena air itu bersih tanpa kita berpikirkir kita bisa langsung meminumnya. Manusia juga seperti itu, jika orangnya sholeh, alim, tawaduh, berkahlak muliah, maka manusia lain tidak akan pernah merragukan karakter manusia seperti itu. Air juga kotor, tapi sekotor air jika mengalir dari hulu ke hilir maka ujungnya akan bersih, begitu juga dengan manusia seburk-buruknya manusia jika bertaubat kepada Alloh SWT pada akhirnya ia menjadi suci dan manusia yang bersih. Sebaliknya jika air memaksakan kehendaknya maka akan menimbulkan malapetaka, seperti halnya manusia, jika memaksakan diri melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kemampuanya maka akan membuat malapetaka bagi diri sendiri dan orang lain. Jadi yang dimaksud dengan fitrah itu adalah memiliki semangat beragama, jika seseorang memiliki semangat beragama, sulit untuk bersedih, tidak merasa berat dengan beban apapun karena telah mendapatkan nikmat agama.